Memori All England 1994 (Bagian 1): Topi Om Tong Terbang, Yubing Muntah-Muntah
![Ilustrasi suasana All England. (Foto: allenglandbadminton.com)](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/60u7f4dkjb.jpg)
Hari masih pagi ketika burung besi KLM Royal Dutch Airlines yang saya tumpangi dari Jakarta mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, Ahad 13 Maret 1994. Saat itu salju tak lagi turun di Eropa.
Tapi, angin bertiup cukup kencang dan Matahari belum menyinari kawasan bandara yang salah satu teramai di dunia. Saya melihatnya dari balik jendela pesawat yang masih berjalan pelan mencari tempat berhenti
Tujuan saya Kota Birmingham, Inggris. Kala itu saya yang baru memasuki tahun kedua sebagai reporter di Republika ditugaskan meliput turnamen bulu tangkis tertua di dunia yakni All England.
Hati saya senang bukan kepalang ketika Sapto Anggoro, redaktur olahraga Republika, memanggil. Itu di suatu malam di bulan Februari setelah selesai tenggat kerja. “Nul, kamu bikin paspor. Berangkat ke All England bulan depan ya,” kata dia.
Bagaimana tidak senang, inilah penerbangan ke luar negeri pertama saya. Dan saya menjadi reporter pertama di angkatan saya yang ditugaskan ke luar negeri.
Saya satu pesawat dengan rombongan tim bulu tangkis Indonesia yang dimanajeri oleh Lutfi Khamid. Nama-nama besar di jagat bulu tangkis dunia saat itu seperti Susy Susanti, Alan Budikusuma, Ardy Bernardus Wiranata, Hariyanto Arbi, Hermawan Susanto, ada di dalam perut pesawat.
Tak bisa berlama-lama di Schipol. Kami sudah harus pindah ke pesawat yang lebih kecil menuju Birmingham. Tak ada waktu sejenak pun untuk sekadar meluruskan kaki setelah perjalanan lebih dari 16 jam dari Jakarta dan sempat transit di Bandara Changi, Singapura.
Dibawa Angin
Kami harus keluar dari gendung bandara menuju pesawat yang akan membawa terbang ke Birmingham. Betul saja, angin dingin terasa menembus jaket kulit tebal yang saya pakai. Angin juga terasa bertiup kencang. Rasanya ingin buru-buru masuk pesawat yang hawanya pasti lebih hangat.
Akibat angin kencang, topi yang dikenakan oleh pelatih ganda putri Tong Sin Fu lepas terbawa angin saat berjalan menuju pesawat. Kalau ada orang yang tak pernah lepas dari topi di kepalanya sepanjang perjalanan, Om Tong –panggilan para pemain pelatnas kepada Tong Sin Fu-- adalah salah satunya. Dia tak pernah melepas topinya selama perjalanan tim bulutangkis Indonesia dari Jakarta ke Birmingham, Sabtu (12/3/1993).
Dengan mengenakan baju hangat warna coklat muda, Om Tong tampak selalu ceria dengan topi bareta yang dikenakannya.
''Sekadar menghangatkan kepala kok. Soalnya, cuacanya dingin sekali,'' kata Om Tong. ''Kalau dipakai terus 'kan enak jadinya,'' tambahnya.
Tapi, dipakai terus ternyata tak nyaman pula. Paling tidak, Om Tong dibuat repot gara-gara topi itu dibawa “kabur” oleh angin.
Saat itu laju angin di bandara Schipol, Amsterdam, memang kencang sekali. Akibatnya, topi Om Tong akhirnya lepas juga dan si empunya terpaksa mengejar-ngejar topi tersebut yang dibawa angin hingga beberapa meter.
Kencangya angin yang menerpa, ternyata tak cuma di Amsterdam. Di Birmingham, kondisi cuaca tak jauh beda. Ini jelas tidak menyamankan suasana pendaratan pesawat Fokker 50 yang ditumpangi rombongan Indonesia. Pesawat berbaling-baling ini sedikit mengalami guncangan karena terpaan angin yang begitu deras.
Kondisi seperti itu membuat banyak penumpang yang ada dalam pesawat tersebut menjadi mual. Tak terkecuali Yuliani Sentosa. Pebulutangkis tunggal putri ini langsung muntah begitu tiba di Bandara Birmingham.
''Wah, saya sudah nggak tahan lagi. Mual dan pusing rasanya. Anginnya kencang sekali,'' kata Yubing –panggilan Yuliani, yang tengkuknya baru saja dipijit-pijit oleh Susy.
Suasana menjadi lebih hangat ketika akhirnya kami sampai di lobi New Cobden Hotel, 166 Hagley Rd, Birmingham. Setelah mengambil kunci, saya langsung bergegas ke kamar yang berada di paling pojok lantai 2.
Saya ingat saat itu selantai dengan pebulu tangkis putri Singapura Zarinah Abdullah karena sempat berpapasan dengannya. Dia merupakan pemain profesional pertama Singapura dan pernah menempati rangking 3 dunia pada 1994. Pernah tampil di Olimpiade Barcelona 1992 dan Atlanta 1996, Zarinah gantung raket pada 1998. (Nurul S. Hamami)
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/3f961998458c3224c8a8e0d3f4012a1b.jpg)