Netting Tipis

Berolahraga Bisa Atasi Masalah Kejiwaan, Ini Alasannya

Sejumlah warga sedang berolahraga (ilustrasi)
Sejumlah warga sedang berolahraga (ilustrasi)

Beberapa orang yang mengalami guncangan jiwa, seringkali bingung menghadapinya. Jika pergi psikolog untuk mengatasi masalah jiwa mereka, saat ini masih banyak yang beranggapan mereka yang ke psikiater pasti gila. Tetapi jika hanya dipendam seorang diri, justru akan membahayakan kesehatan fisik juga.

Apalagi saat pandemi ini, banyak masyarakat yang kian merasa jiwanya goyah entah karena harus berdiam diri saja di rumah, hingga ditinggal orang terkasih selamanya. Semakin banyak yang terkena goncangan jiwa, semakin banyak pula yang fisiknya akan lemah.

Psikolog, Farah Djalal, mengungkapkan ada hubungan antara kesehatan mental dan fisik. “Kadang kita fisiknya sakit, itu pengaruh ke mental. Kita mentalnya lagi nggak bener, itu pengaruh ke fisik. Jadi memang saling memengaruhi,” kata Farah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ada banyak isu kesehatan mental yang sering dialami kaum muda, mulai dari kecemasan, depresi, stres, ditambah stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang sedang mengalaminya.

Dari berbagai macam penelitian, kesehatan mental seperti stres, depresi, anxiety (gangguan kecemasan), itu semua dapat diatasi dengan satu cara yakni olahraga atau latihan rutin. Misalnya saja pada orang yang mengalami depresi, itu biasanya couch potato (tidak mau bergerak).

“Jadi psikolog pun pasti meminta untuk exercise (latihan), dari berjalan hingga berlari. Kalau dari segi fisiknya, lari itu menghasilkan hormon endorfin yang meningkatkan mood, dan hormon leptin lain yang meningkatkan nafsu makan untuk energi,” papar Farah lagi.

Keseimbangan antara fisik dan mental ini merupakan salah satu kunci untuk memiliki well-being yang berkualitas. Misalnya ketika orang mengalami stres, penyaluran emosi dapat dilakukan secara fisik dengan berolahraga dan secara mental bisa dengan 'curhat'.

“Jadi benar-benar berhubungan antara berlari dengan kesehatan mental. Dan lari itu juga bagian dari terapi yang diberikan bagi orang-orang yang mengalami gangguan mental,” ucap lulusan Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu.

Jika tidak memungkinkan untuk berlari seorang diri dalam keadaan jiwa yang belum stabil, sangat disarankan untuk mengajak seorang teman. Atau bisa juga mengikuti kegiatan-kegiatan berlari yang dilakukan secara beramai-ramai. Misalnya saja kampanye #Pelarian yang digagas beberapa komunitas olahraga dan peduli kesehatan mental.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tukang Ngopi, Tukang Jalan, Tukang Jajan