Sejarah

Memori Piala Thomas-Uber 1994: Sesumbar Morten dan Keraguan Li Yongbo

Piala Thomas (kiri) dan Piala Uber. (Foto: BWF)
Piala Thomas (kiri) dan Piala Uber. (Foto: BWF)

Dua tahun menjelang perhelatan Piala Thomas dan Piala Uber yang digelar di Jakarta pada 1994, Indonesia mampu mengawinkan gelar juara tunggal putri dan tunggal putra Olimpiade Barcelona 1992. Susy Susanti mencatat sejarah sebagai atlet Indonesia pertama yang merebut medali emas Olimpiade, disusul kemudian oleh Alan Budikusuma. Di belakang hari keduanya pun menjadi pasangan suami-istri hingga kini.

Selain Susy dan Alan, Indonesia juga merebut medali perak di sektor tunggal putra melalui tangan Ardy Bernardus Wiranata dan ganda putra lewat Eddy Hartono/Gunawan. Di kemudian hari Ardy bersama istrinya hijrah ke Kanada dan menjadi warga negara Kanada. Sedangkan, Gunawan menetap di Amerika Serikat dan menjadi pelatih bulu tangkis. Akan halnya Eddy Hartono alias Kempong sekitar 2019 saya masih bertemu di GOR Jati milik PB Djarum, Kudus, Jawa Tengah. Indonesia juga masih mampu membawa pulang medali perunggu yang dipersembahkan oleh Hermawan Susanto.

Dengan raihan prestasi tersebut, Indonesia memang menjadi favorit juara Piala Thomas edisi tahun 1994. Di sektor tunggal, selain Alan, Ardy, dan Hermawan, Indonesia juga memiliki juara dunia 1993 Joko Supriyanto dan Hariyanto Arbi yang menjadi juara All England 1993 dan dua bulan sebelum gelaran Piala Thomas 1994 mempertahankan gelarnya di All England. Situasinya berbeda dengan di Piala Uber. Meski Susy merebut medali emas olimpiade, namun pemain lainnya tak ada yang menonjol.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tak cuma Hariyanto yang menjuarai All England 1994, tapi juga pasangan Bambang Supriyanto/Gunawan. Ardy kala itu menjadi runner-up, begitu pula dengan pasangan Ricky Subagja/Rexy Mainaky. Capaian ini kian mengukuhkan dominasi Indonesia di sektor putra bulu tangkis dunia.

''Kekuatan Indonesia di nomor putra saat ini jelas merupakan modal bagus bagi mereka di Piala Thomas,'' kata mantan pemain top Denmark Morten Frost Hansen, kepada para wartawan Indonesia termasuk saya di ruang media All England 1994, Sabtu (19/3/1994) siang. ''Sulit untuk mengalahkan Indonesia sekarang ini,'' tambahnya.

Dimilikinya pemain-pemain terbaik dunia di sektor putra, baik tunggal maupun ganda, menurut Morten, menjadikan Indonesia calon kuat perebut Piala Thomas. ''All Indonesian final tunggal putra dan ganda putra All England menunjukkan bahwa Indonesia memang yang terbaik saat ini,'' katanya.

Gunawan, Hariyanto Arbi, Ricky Subagja, Joko Supriyanto (kiri ke kanan) saat memenangi Piala Thomas 1994 di Istora Senayan, Jakarta. (Foto: Dok. Pribadi Hariyanto Arbi via sport.detik.com)
Gunawan, Hariyanto Arbi, Ricky Subagja, Joko Supriyanto (kiri ke kanan) saat memenangi Piala Thomas 1994 di Istora Senayan, Jakarta. (Foto: Dok. Pribadi Hariyanto Arbi via sport.detik.com)

Dua bulan setelah All England 1994, genderang perang mulai ditabuhkan kubu Denmark dan Cina. Setibanya mereka di Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta, Kamis (5/5/1994) sore, kedua kubu mulai sesumbar tentang peluang mereka dalam kejuaraan bulu tangkis beregu dunia Piala Thomas dan Piala Uber yang digelar pada 10-21 Mei 1994.

''Untuk Piala Thomas, target kami yang pertama adalah mencapai semifinal dulu. Dan kami yakin bisa mencapainya,'' tegas Morten, manajer tim Denmark, kepada puluhan wartawan Indonesia yang mencegatnya di terminal D Bandara Sukarno Hatta.

Tak cuma mencapai semifinal saja target pertama Denmark. Negeri kawasan Skandinavia ini juga berusaha keras untuk bisa keluar sebagai juara Grup B. Denmark berada di Grup B bersama juara bertahan Malaysia, Korsel, dan Thailand. Menurutnya, dengan tampil sebagai juara grup maka kemungkinan besar mereka terhindar dari bertemu dengan Indonesia yang diperkirakan juara Grup A.

Kekuatan Denmark tampaknya makin kuat dengan hadirnya Thomas Lund --pasangan Jon Holst Christiansen-- yang sebelumnya dirundung cedera. ''Kondisi dia sudah membaik dan akan kami pakai karena berpasangan dengan Holst mereka merupakan ganda terbaik kami,'' kata Morten.

Thomas Lund sendiri mengakui bahwa cedera pada kaki kanannya sudah tak ada masalah lagi. ''Saya memang belum sembuh seratus persen, dan baru berlatih sejak tiga minggu lalu. Tapi saya yakin bisa tampil dengan Jon Holst sebagai ganda pertama,'' ujar pemain jangkung ini.

Sedangkan, Cina yang datang setelah rombongan Denmark dan Jepang dipimpin langsung oleh tim manajer Li Yongbo (pemegang medali perunggu bersama Tian Bingyi di Olimpiade Barcelona). Kepada para wartawan, Li Yongbo sesumbar tim putri Cina mampu tampil di pertandingan final Piala Uber. ''Mungkin Indonesia atau Korsel yang akan menjadi lawan kami di final,'' katanya.

Namun, Yongbo sendiri belum berani mengatakan apakah Cina mampu mempertahankan gelar Piala Uber yang berada di tangan mereka sejak tahun 1984 atau tidak. ''Hampir semua tim memiliki peluang. Begitu pula dengan Indonesia yang tampil di sini,'' kata mantan pemain ganda putra terbaik dunia ini.

Mengenai tim Piala Thomas Cina, Yongbo mengatakan bahwa mereka tidak memasang target. ''Kami tampil dengan pemain-pemain muda. Mungkin setelah satu atau dua kali kejuaraan lagi barulah kami bisa muncul sebagai tim yang kuat,'' ujarnya.

Sesumbar Morten memang tinggal sesumbar. Nyatanya Denmark gagal lolos ke semifinal. Tapi, dia benar, “Sulit mengalahkan Indonesia saat ini.” Indonesia pun merebut Piala Thomas dari tangan Malaysia.

Keraguan Li Yongbo terhadap tim Piala Uber Cina apakah mampu mempertahankan gelar juga terbukti. Dimotori Susy Susanti, Indonesia akhirnya menjadi juara. Begitu pula dengan prediksinya bahwa Cina akan menjadi juara Piala Thomas setelah satu-dua kali edisi ternyata juga meleset. Indonesia masih mendominasi dan menjadi juara Piala Thomas berturut-turut mulai 1994, 1996, 1998, 2000, dan 2002. Baru di tahun 2004 Cina mampu merebut Piala Thomas dari Indonesia dan bertahan sampai 2012.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

0